Sekilas BCW

Banten Corruption Watch adalah gerakan anti korupsi di Propinsi Banten, didirikan tanggal 05 Oktober 2000, diresmikan 10 November 2000 (akta notaris:Subandiyah). Secara organisasi BCW telah dibubarkan untuk sementara waktu sejak tahun 2007 hingga terbentuk pengurus baru yang belum tersusun.Sebagai gantinya sejak tahun 2007 kegiatan sementara waktu adalah mendokumentasikan kliping dari berbagai sumber media dan membuat artikel menyoal kejahatan korupsi di Banten.

Saturday, August 30, 2008

LNG Tangguh Telah Hilang

SDA DIKERUK UNTUK NEGARA LAIN dan MNC

Ditengah rakyat mulai kesulitan dengan harga tabung gas elpiji yang mulai mahal dan bertahan kembali antri mengkonsumsi minyak tanah, diskusi kemarin malam cukup ramai sekali di TV One dengan pembicara Andi Malaranggeng, Prof Kurtubi dan Dr. Soni Keraf Mantan Menteri KLH. Tema malam itu adalah seputar penjualan LNG Tangguh Papua yang dijual dibawah standar internasional. Harga jual USS 3.3 mmbtu (million metric british thermal unit) dengan perbandingan harga internasional 20 USS per MMBTU.

Sebelumnya harga kontrak LNG Tangguh Tahun 2002 : USS 2,4 per mmbtu. Setelah negosiasi ulang Tahun 2006 : USS 3.8.Harga jual LNG Tangguh saat kontrak disepakati pada awal 2000-an hanya USD 2,4 per mmbtu (million metric british thermal unit) dengan patokan harga minyak mentah USD 25 per barel.Sedangkan harga saat ini ditetapkan (dikunci) berdasarkan patokan harga minyak mentah USD 38 per barel. Bukan main sinting sekali.

Padahal, saat ini harga jual gas (seperti LNG Bontang yang dijual ke Jepang) mencapai USD 20 per MMBTU dengan harga patokan minyak di kisaran USD 120 per barel.

Kita akan kehilangan potensi keuntungan sebesar USD 75 miliard atau 650 Triliun rupiah (Sumber : Bisnis Indonesia). Bayangkan begitupula Menteri ESDM Purnomo banyak mengelak untuk kesekian puluh kalinya melakukan pembelaan diri atau justifikasi. (Uptade terbaru, Yusuf Kalla telah mengklarifikasi ketika Debar Capres 2009 bahwa kesalahan memang benar pada Purnomo secara implisit).


Sementara itu di TV One ada hal yang menarik dari perubahan saat ini yaitu Jubir Presiden Andi Malaranggeng begitu antusias dan sangat vokal bersama pembicara lainnya mempertanyakan hal tersebut kenapa dapat terjadi. Dan nampaknya mempersalahkan dan menuduh secara implisit pejabat sebelumnya di jaman Megawati yang notebene masih dijabat hingga saat ini oleh Menteri ESDM Purnomo. Ia harus dipecat belum lagi penjualan aset strategis lainnya (natuna, cepu, dsb) dan dugaan korupsi serta penyelewengan Migas kita, 195 triliun lebih.

Diskusi amat sangat menarik dan terlihat mulai jelas duduk masalah sebenarnya, kenapa LNG Tangguh, Papua dijual dengan harga yang demikian rendah jauh dibawah standar internasional. Menurut Andi Malaranggeng harga tersebut dikunci / diflat pada saat dijual dengan standar harga minyak mentah yang tidak pernah berubah dari tahun ketahun, sehingga harganya amat sangat murah.

Kemudian jika kita ambil kembali ini harus melalui negosiasi ulang dengan pihak mereka (asing) yang artinya kita harus berhadapan dengan pihak arbitrase internasional jika mereka merasa keberatan dan dirugikan.

Menurut Prof. Kurtubi lain lagi, batalkan kontrak dan mengganti rugi ke China sebesar 300 juta dollar daripada rugi terus perbulan dengan kenaikan harga elpiji kita.Kemudian dijual ke Jepang maka kita masih dapat untung milyaran dollar.

Sementar itu Soni Keraf mantan Menteri KLH dengan amat jelas (eksplisit) menuduh Menteri ESDM bertanggung jawab sepenuhnya karena menyangkut masalah teknis proses penjualan tersebut.

NASIONALISASI ASSET 100 %

Dari sumber data nasional dan hasil diskusi tersebut bayangan skenario dimasa lalu dan kini sudah tergambar jelas, kita memang harus melakukan banyak program besar nasionalisasi merebut kembali aset strategis dan melakukan managemen efisen dengan memangkas korupsi dan penyimpangan lainnya.

Sayang sekali LNG Tangguh gas alam kita telah hilang padahal kita termasuk peringkat ke 11 di dunia (lihat sumbangan data dari seorang kawan saya, yayat mulyatna baca komentarnya cukup bagus sekali. Sumber data http://www.eia.doe.gov/emeu/international/petroleu.html).

Sedangan tingkat produksi nasional indonesia adalah no. 9 dunia, sebesar 76,000,000,000 cu.m, sedangkan tingkat konsumsi indonesia adalah no 17 dunia, cuma sebesar 39,400,000,000 cu.m, (lihat http://www.nationmaster.com/index.php) artinya tidak beli, tetapi sebagai eksportir, sedangkan kebutuhan nasional terpenuhi dari produksi domestik, sayangnya dipatok ke harga dunia. Jadi sangat lucu sekali sebagai produsen dunia rakyat malah dipaksa membeli dengan standar internasional yang jelas tentu sangat mahal.

Sependapat dengan saudara Yayat Mulyatna, produk migas kita sangat keterlaluan sudah terlalu banyak yang di jual ke pihak negara lain dan MNC (Multi National Corporation) karena salah urus dan banyak terjadi penyimpangan korupsi serta mark up yang cukup serius. Harga BBM yang lalu dapat teratasi sebetulnya jika tingkat produksi dinaikan dan kilang minyak kita diremajakan juga kilang produktif (bayangkan hingga 20 tahun lebih, contoh blok Cepu, bontang, blok Natuna) tidak dikuasai pihak asing (MNC) kembali pada Indonesia 100 %.

No comments:

Post a Comment